Kamis, 14 Februari 2013

Mereka Bicara Tentang Novel Rinai Kabut Singgalang


Ketika saya membaca Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan, langsung teringat sinetron. Ini bahan baku yang bagus untuk membuat sinetron, karena sangat cocok dengan selera pemirsa TV di negeri ini, yang senang dengan kisah mengharu biru. (Gol A Gong, Novelis, pendiri Rumah Dunia)

Alam Minangkabau cukup terekam dalam novel ini. Gaya bercerita pengarang yang merangkum peristiwa tersusun rapi, membuat pembaca tetap terikat. “Modal yang baik buat pengarang. (Aspar Paturusi, Novelis & Aktor Film Ketika Cinta Bertasbih 2)

Kisah romantis yang menggugah kearifan lokal. Bollywood rasa minang. (Abidah el Khalieqy, Penulis Cerita Film Perempuan Berkalung Sorban)


Kalaulah ada yang hendak mengambil contoh tauladan yang baik, maka tokoh utama dalam novel inilah yang patut ditiru. RKS sarat dengan pesan-pesan moral yang bertebaran kata nasihat agama. (Arafat Nur, Pemenang Unggulan Sayembara Novel DKJ 2010)

Kedalaman galian Rinai Kabut Singgalang, sesungguhnya dapat ditandai dengan upaya Muhammad Subhan dalam mempertahankan identitas roman berlatar alam Minangkabau yang belakangan mulai diabaikan. (Damhuri Muhammad, Esais, Cerpenis)

Berbeda dengan novel-novel terbaru yang ada saat ini, RKS menarik perhatian pembaca dengan gaya bahasa dan gaya penceritaan novel klasik (roman) yang pernah berjaya di masa lalu. Sesuatu yang rasanya tidak mungkin dilakukan oleh penulis yang lahir dan hidup pada masa sekarang, seperti halnya Muhammad Subhan. (Elly Delfia, Dosen Sastra Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang)

Disaat banyak judul novel dengan latar belakang Timur Tengah, Muhammad Subhan malah tampil manis dan indah dengan latar belakang budaya asli Indonesia dengan judul novel Rinai Kabut Singgalang. (Fitri Dahlia, Penulis)

Rinai Kabut Singgalang mampu membawa saya hanyut ke dalam kisahnya dan saya merasa sangat dekat dengan kisah tersebut. (Tuti Handriani, pembaca RKS di Palembang)

Dalam bab per babnya banyak menanamkan nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan sebagai pelajaran. Latar cerita sangat mendukung dan alur yang tidak mudah membuat pembaca bosan. (Tiara Mairani, pembaca RKS di Padang)


Assalamualaikum, salam kenal "uda" penulis hebat. Saya sudah baca buku "uda" Rinai Kabut Singgalang hingga bab 20, sangatlah mudah air mata saya mengalir olehnya, kehalusan bahasanya, jalan ceritanya yang serasa dekat membuat saya ingin segera menamatkan buku bagus ini, hingga berkenan kiranya uda berdiskusi dengan saya seputar buku ini. Wassalam. (Novia Amirah Azmi, pembaca RKS di Padang, lewat facebook)

Assalamualaikum, salam kreatif, malam bang. Ini Sri. Saya nggak tahu harus ngomong apa, tapi yang saya tahu abang penulis yang luar biasa. Rinai Kabut Singgalang sangat bagus sekali. Kalau saya membaca novel yang lain cuma beberapa kali saya menangis, tapi membaca RKS hampir tiap ujian yang dihadapi Fikri saya menangis. Membaca novelnya saya tidak seperti membaca tetapi saya seolah-olah berada di sana, dan menyaksikan langsung kisah hidup fikri. Kalaulah Yusuf bukan tokoh rekaan abang, ingin rasanya saya bertemu dia dan mendengar ceritanya langsung dari dia. Entahlah saya bingung apa yang harus saya tuliskan lagi, yang jelas novel abang sangat bagus dan luar biasa. Semoga abang lebih sukses. Amin. Kalau abang tidak keberatan bimbinglah saya untuk menjadi seperti abang. Terima kasih sebelumnya, dan maaf sekiranya SMS saya mengganggu kesibukan abang. Wassalam. (Sri, mahasiswa UNP Padang, pembaca RKS, SMS lewat nomor Hp pengarang di 081374442075)

Spektakuler, begitu ucapan saya seusai menghabiskan membaca novel “Rinai Kabut Singgalang” yang ditulis oleh Muhammad Subhan, saya menemukan banyak makna kehidupan dalam novel ini, sampai saya merumuskan satu “tesis kehidupan” dari novel ini. Tesis kehidupan itu adalah, kesuksesan itu adalah, sebuah kemampuan dari seseorang untuk melewati sebuah tikungan, jika berhasil melewatinya maka di situlah keberhasilan dan kesuksesan itu. Proses melewati tikungan itu harus ada kendaraan, kendaraannya adalah motivasi. Nah, novel “Rinai Kabut Singgalang” ini, membangun kedua-duanya “perjuangan keras dan motivasi”. Kalau tidak percaya, simaklah si Fikri yang ditokohkan dalam novel tersebut. Tidak kalah menarik lagi dari “Rinai Kabut Singgalang” adalah, style bahasanya yang sangat sopan, bahkan agak mirip-mirip dengan corak bahasa roman-roman masa lalu, sehingga “orang tua” akan sangat merasa bernostalgia “bahasa” ketika membacanya sekaligus mengingatkan pembaca akan roman-roman masa lalu yang sangat melegenda. Inilah kecerdikan “bahasa” yang distylekan Muhammad Subhan, sehingga novel ini bisa diterima oleh semua umur. Dimensi-dimensi inilah yang membedakan “Rinai Kabut Singgalang” dengan roman-roman yang berseleweran sekarang. (SILFIA HANANI SYAFEI, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Syeh M. Jamil Djambek Kota Bukittinggi, Sumatera Barat)

Catatan:
Bagi Anda yang sudah membaca Novel Rinai Kabut Singgalang dapat mengirimkan komentarnya via SMS ke nomor 0813 7444 2075, atau facebook rinaikabutsinggalang@yahoo.com. Semua komentar pembaca akan dimuat di ruang ini.

Gambar: Pengarang Novel Rinai Kabut Singgalang Muhammad Subhan (kiri) bersama Pengarang Novel Negeri 5 Menara Ahmad Fuadi (kanan)

[Dapatkan Novel “Rinai Kabut Singgalang” edisi terbaru lewat Penerbit FAM Publishing, Divisi Penerbitan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia dengan menghubungi nomor pemesanan buku 0812 5982 1511 (Mbak Aliya Nurlela) atau lewat email: forumaktifmenulis@yahoo.com. Kunjungi juga blog http://www.rinaikabutsinggalang.blogspot.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar