Syarat sebuah novel adalah adanya konflik. Muhammad Subhan mampu membangun konflik yang kuat dengan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, hingga jalinan cerita mengalir bening. RKS mampu menerbitkan rasa penasaran untuk mengikuti cerita selanjutnya. Satu lagi yang memperkuat novel ini adalah setting, dan tradisi budayanya. Kearifan lokal dalam novel memang senantiasa mencipta aroma eksotik. (Dianing Widya Yudhistira, Novelis)
Awalnya saya tak percaya, ucapan Sutan Takdir Alisyahbana suatu hari, sastrawan besar akan terlihat dari novelnya. Memang, novel bukan ada cerita lantas sekadar ditulis. Ada riset, ada referensi, dan banyak lagi. Itu alasan STA. Dan Muhammad Subhan telah melakukannya dalam RKS, sehingga tidak kentara bahwa penulisnya adalah orang Aceh, karena terasa kaki Singgalang benar-benar tergambarkan dalam ceritanya. (Sutan Iwan Soekri Munaf, Penyair, Cerpenis)
Menikmati RKS, pengarang dengan cerdas mengelompokkan kata dalam latar, alur, dan konflik melalui para tokoh yang dihadirkannya. Sesungguhnya bila ditelisik lebih jauh, segala peristiwa merupakan realitas diri pengarang yang ditemuinya dalam lingkungan berkehidupan. Peristiwa inilah yang disebut realitas sastra. Kecerdasan novelis meramu tiga dimensi sastrawi; estetika-etika-logika yang ditransformasikannya sebagai medium pendidikan dan moralitas bagi pembaca. Ini yang membuat RKS berkualitas. (Sulaiman Juned, Penyair, Kolumnis, Sutradara Teater, Dosen Jurusan Teater ISI Padangpanjang)
Lebih dari sekedar romantisme kejayaan sastrawan Minangkabau, utamanya pada era Balai Pustaka, RKS menghadirkan kekhasan dan nilai-nilai etis-etnik Minang, dengan kelancaran berselancar di atas alur kisah dan tukikan emosi, kadang landai kadang curam. Tentunya dengan nuansa baru. (Muhammad Nasrudin, Editor, Pegiat Buku)
Roman eksotis-romantis ini tak jemu mengajak saya hanyut seturut panorama alam nan elok dari negeri bernama Minangkabau. Pengarang cukup lihai meracik keelokan alam yang berkelok-kelok naik turun “disebangunkan” dengan kelokan ketegangan-ketegangan di dalam kisahnya. Asmara yang mengharu-biru. Betapa serunut “adat” asmara tak memiliki setitik pun kuasa, melawannya alamat menuai derita tak tertanggungkan. Pengusiran, cerai persaudaraan, stigma buruk, bahkan dituduh sebagai penyebab kematian orang-orang yang ditinggalkan. RKS mengajak pembaca menikmati hingga tanda titik paling akhir dari cerita ini. (Akhiriyati Sundari, Ketua Komunitas MATAPENA Yogyakarta)
Rasa minang hadir dalam kisah perkisah RKS. Pengarangnya mengingatkan kita pada Hamka yang populer dengan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Kisah yang mengharubirukan perasaan. Bahasanya halus, pengarang berhasil mendeskripsikan perasaan yang mendalam para tokohnya, hingga tak dinyana pembaca bagai dihanyutkan oleh tragedi cinta yang amat sentimentil, tragis, dan berurai air mata. (Irzen Hawer, Pengarang Novel Cinta di Kota Serambi)
Gambar: Pengarang Novel Rinai Kabut Singgalang Muhammad Subhan bersama Novelis Perempuan Berkalung Sorban Abidah el Khalieqy.
PESAN SEGERA NOVEL INI:
Caranya: Hubungi nomor 0819 9351 6937 atau 0813 7444 2075. Harga buku Rp 48.000/eks (ditambah ongkos kirim). Uang pembelian ditransfer ke rekening: BNI Cabang Bukittinggi No Rek. 0207005426, a.n. Fitri Kumala Sari. Add juga facebook Rinai Kabut Singgalang di rinaikabutsinggalang@yahoo.com atau rahimaintermedia@yahoo.com. Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar