Minggu, 15 Mei 2011

Novel Rinai Kabut Singgalang Dibedah di Batusangkar


Batusangkar, Singgalang – Novel berjudul Rinai Kabut Singgalang karya penulis muda Muhammad Subhan dibedah di kampus STAIN Batusangkar. Kegiatannya bersamaan dengan seminar sastra.

Dua pembicara yang tampil Sabtu (12/3) itu di auditorium STAIN tersebut adalah penulis dan kritikus sastra Damhuri Muhammad dan Elly Delfia (staf pengajar Fakultas Sastra Unand).

Menurut Damhuri, novel ini berhasil membawakan kehidupan sosial dan individual seorang pengarang menjadi dunia teks tertulis. Dunia yang berjarak dan terpisah menjadi dunia baru yang dibangun secara naratif oleh Muhammad Subhan.

“Kehidupan imajiner yang berasal dari fakta dan opini telah menjadi petualangan tersendiri dalam Rinai Kabut Singgalang,” ungkap Damhuri. Dikatakannya, pengalaman yang diungkapkan bermula sederhana saja, namun diurai dengan petualang baru yang dekat dengan dunia sosial, dan tak liar dalam berkisah.

Pemandangan dalam narasinya, jelas Damhuri, begitu lancar diungkapkan, membuat novel ini menarik untuk diikuti dan mengundang pesona petualangan jiwa dengan pencerahan untuk keluar dari tiap persoalan.

Pada peserta yang terdiri dari mahasiswa dan guru, Damhuri mengajak untuk bisa mengikuti proses kreatif Muhammad Subhan dengan membiasakan menulis sesukanya.

“Pokoknya menulis sesuai perasaan dan suasana hati, yang tentu memulainya dengan mengalahkan diri sendiri, berupa kemalasan dan takut salah. Bila ini terlewati, maka tiap kalimat dan paragraf akan mengalir lepas,” timpalnya.

Sedangkan Elly Delfia menyatakan, asal menulis dari membaca, bila itu dilaksanakan, maka bahasa dan kosa kata akan terjaga, yang membuat lancar dalam menuangkan ide. Elly mengaku prihatin dalam arus budaya verbal saat ini yang membuat bahasa tulis yang berujung pada kebiasaan membaca kian merosot, akibat digerus budaya berbicara dan bercerita secara lisan telah jadi pilihan.

Muhammad Subhan saat ditanya mengatakan bahwa proses kelahiran novelnya berawal dari kehidupannya selama berada di Rumah Puisi Aie Angek. Di sana ia membangun dunia naratif dari lamunan, yang dilukiskan dalam karakter tokoh dengan persoalannya sendiri, dan menjadi warna ceritanya.

Novel yang dicetak oleh Rahima Intermedia Publising Yogyakarta ini telah beredar luas, dan sebagai bagian dari promosinya Muhammad Subhan memakai kiat ilmiah dengan diskusi dan seminar.

Dalam waktu dekat ia bersama pengarang dan novelis Gola Gong dari Serang Banten bakal menggelar kegiatan serupa pada 3 April 2011 di Graha Serambi Mekah, Padang Panjang, yang berbicara tentang membaca dan menulis. (435)

Dimuat di Harian Singgalang edisi Senin 14 Maret 2011

Versi online di: http://www.hariansinggalang.co.id/sgl.php?module=detailberita&id=4529

Gambar: Website Korang Harian Singgalang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar