Padang, Inioke.com – Muhammad Subhan, penulis novel Rinai Kabut Singgalang, menyatakan keprihatinannya kepada Inioke.com terkait soal minat baca remaja yang rendah belakangan ini. Hal tersebut disampaikan Subhan kepada Inioke.com, dalam wawancara singkat, Selasa pagi (10/5).
Subhan menilai, ikhwal minat baca remaja yang rendah bukan merupakan sebuah opini, melainkan sudah fakta yang seharusnya tidak perlu ditutupi lagi. "Buktinya, banyak perpustakaan sepi dikunjungi remaja. Toko-toko buku juga demikian. Terutama minat baca pada buku-buku sastra. Hal itu juga tampak nyata di Indonesia secara umum dengan hanya diterbitkannya 10 ribu judul buku per tahun dan hanya diserap 1.000 judul oleh penduduk Indonesia yang jumlahnya 200 juta lebih. Rendah sekali minat baca masyarakat kita, bukan hanya remaja," papar Subhan.
Masalah ini, kata Subhan, juga diakui oleh penulis tersohor dengan karya Balada Si Roy, Gol A Gong, saat ia berdiskusi dengannya beberapa waktu lalu di Padangpanjang. Menurut Subhan yang juga Pengelola Rumah Puisi Taufiq Ismail ini, minat baca yang rendah dikalangan remaja dilatarbelakangi atas banyak faktor.
"Diantaranya, pengaruh perkembangan teknologi khususnya televisi. Remaja senang berlama-lama duduk di muka layar televisi khususnya menonton sinetron dan tayangan infotainment, idol ini itu, sehingga menghabiskan waktu dan tak sempat membaca buku," terang Subhan.
Lanjutnya, pengaruh teknologi internet juga demikian, remaja kurang suka lagi mencari referensi bacaan di buku, melainkan sering melakukan jalan pintas dengan copas (copy paste-red) sumber di google atau yahoo yang tentu saja belum tentu dapat dipertanggungjawabkan keakuratan data dan informasinya. Maraknya pemakaian handphone yang difasilitasi fitur-fitur semisal facebook, youtube, twitter, dll juga melenakan remaja.
"Yang paling fatal, saya cermati, remaja sekarang cenderung merusak bahasa. Lihatlah bahasa SMS atau status facebook yang mereka gunakan, kadang tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ada yang menulis SMS begini: "Y4n6" untuk kata "yang" misalnya. Ada juga yang menulis status di facebook begini: eH, loE PaI Ka rUm4H 6Ua kInI yOe (eh, kamu datang ke rumah saya sekarang ya). Ini bahasa apa? Alay kata remaja sekarang. Dan itulah yang sedang membudaya di kalangan remaja kita.
Maka, ketika mereka mendapat tugas mengarang di sekolah banyak remaja yang keteteran tak bisa menulis, disamping mereka juga sangat kurang membaca. Kecakapan menulis sebanding lurus dengan membaca. Ibarat dua sisi mata uang, membaca dan menulis tidak dapat dipisahkan," terang Subhan, Pemimpin Redaksi www.korandigital.com kepada Inioke.com.
Menjawab hal itu, kata dia, dirasa perlu mengambil beberapa langkah yang cukup urgen demi meningkatkan minat baca remaja yang semakin minim. "Misalnya, di lingkungan keluarga, tanggung jawab terdekat harus dipikul orangtua, budayakan membaca buku dan menulis di lingkungan rumah tangga. Tak salah seorang ibu atau ayah meninabobokan anaknya dengan membacakan buku, dongeng semisalnya, seperti yang dilakukan para tua di masa lampau," kata Subhan.
Ia menambahkan, selain itu orang tua yang bergaji tetap tak salah menyisakan sedikit gajinya setiap bulan untuk membelikan 1-2 buku kepada anaknya sehingga si anak cinta buku.
Pemerintah daerah harus memperkuat perpustakaan-perpustakaan daerah, buat gedung perpustakaan daerah yang nyaman sehingga suka dikunjungi remaja. Sekolah-sekolah harus juga memiliki perpustakaan yang lengkap sehingga siswa bisa meminjam buku yang tak mampu dibelinya di luar. Di masyarakat, harus banyak berdiri sanggar-sanggar baca atau sanggar menulis. Dan, bila ingin memberi hadiah kepada teman atau seseorang, tak salah menghadiahkan buku sehingga dengan sendirinya si penerima hadiah akan terbiasa membaca buku. Banyak lagi solusi lainnya. (Dodi Prananda)
Tanggal pemuatan: Selasa, 10 Mei 2011 | 10:08:00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar